Pagi-pagi, ketika saya mengantar anak sekolah yang tidak jauh dari pusat keramaian Ambarukmo Plaza, ada beberapa kerumunan orang. Benar saja, lha wong sekolahnya dekat pasar. Di salah satu kerumunan tampak ada orang agak marah kepada seseorang. Sebuah kata sekilas terdengar darinya ”lha mbok ojo dumeh”.Kata ”ojo dumeh”, dalam bahasa jawa biasanya digunakan untuk mengingatkan kepada seseorang yang memiliki banyak kelebihan. Adanya yang besar tentu saja karena ada yang kecil. Ada yang kaya karena ada yang miskin. Ada yang harum karena ada yang bacin. Dan dan dan .... dan yang lain-lain masih banyak.
Namun demikian pada umumnya yang merasa banyak kelebihan sering kali meremehkan yang banyak kekurangannya. Namun sebenarnya di mata Allah semua memiliki derajat yang sama.
Saya spontan teringat sebuah cerita dari sedulur yang merupakan pimpinan, guru, yang merupakan seseorang yang saya hormati.
Pada suatu hari ada sidang istimewa anggota tubuh yang membahas kelangsungan hidup manusia. Dalam sidang itu masing-masing anggota sidang menonjolkan keunggulannya sendiri dan secara otomatis mengabaikan sebagian anggota yang lain.
Mata : ”Saya adalah anggota tubuh yang paling dibutuhkan; karena dari sayalah segala informasi pertama kali diserap oleh manusia, dan, dan, dan .....”
Telinga : ”Sayalah komponen yang paling utama. Ketika manusia belum dapat melakukan apa-apa, bisikan yang masuk lewat telinga, dan, dan, dan, ......”
Jantung : ”Saudara-saudara yang terhormat, jangan sok dech semuanya. Coba kalau saya berhenti sepuluh detik saja tidak berdenyut. Mampus lo semuanya; gitu saja kok diributkan”
Paru-paru, Ginjal, Hidung, Otak,...... semuanya berbicara mengunggulkan kelebihan masing-masing. Mereka semua tidak sadar kalau ada anggota badan yang tempatnya di belakang, kalau usul diketawain reme-rame. Dia itulah maaf namanya ’dubur’. Sekali si dubur punya usul berbunyi ”tut”, yang lain rame, ada yang ketawa, ada yang lari menjauh dan lain sebagainya.
Melihat keadaan tidak kondusif bagi dirinya si dubur walkout dari sidang, meninggalkan tempatnya. Satu sampai dua jam pertama tidak ada masalah. Setelah sore ada yang merasakan meriang sedikit. Hari kedua rapat, jantung mulai berdebar-debar, hari kedua sore mata berkunang-kunang, perut kembung dan masih banyak lagi perasaan tidak nyaman yang dialami. Setelah semuanya sadar bahwa penyebabnya adalah karena walkout-nya si dubur, mereka sepakat mencari si dubur untuk kembali, dan sejak saat itu masing-masing anggota tubuh tidak ada yang saling mengejek. Semuanya sadar kalau masing-masing punya peran yang berbeda-beda. Makanya...... ”ojo dumeh”.
